2020 Layanan Medis Non COVID-19

Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Layanan Medis Belum Optimal ...

 LAYANAN  MEDIS  NON  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Saat ini kita wajib mempertahankan layanan medis dasar, selama pandemi COVID-19. Hal ini disebabkan karena pandemi COVID-19 sangat membebani sistem kesehatan nasional di seluruh dunia. Meningkatnya permintaan yang cepat terhadap fasilitas kesehatan, APD (Alat Pelindung Diri), dokter, dan petugas layanan kesehatan lainnya, terbukti mengancam sistem kesehatan menjadi kewalahan dan tidak dapat beroperasi secara efektif. Apa yag sebaiknya dilakukan?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/03/27/2020-tendangan-covid-19/

.

Wabah sebelumnya telah menunjukkan bukti bahwa ketika sistem kesehatan kewalahan, mortalitas akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dan penyakit lainnya, dapat juga meningkat secara dramatis. Selama wabah Ebola (EVD) tahun 2014-2015 di Afrika Barat, peningkatan jumlah kematian yang disebabkan oleh campak, malaria, HIV / AIDS, dan TBC yang disebabkan oleh kegagalan sistem kesehatan negara terdampak, justru melebihi kematian karena Ebola.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/03/23/2020-solid-lawan-covid-19/

.

Hingga 2014, wabah penyakit virus Ebola paling luas dalam sejarah berlangsung di sejumlah negara di Afrika Barat. Wabah ini menewaskan banyak orang, dengan angka kematian yang dilaporkan mencapai 71%. Wabah ini berawal di Guinea pada bulan Desember 2013 dan kemudian menyebar ke Liberia dan Sierra Leone. Wabah yang tidak terlalu luas, sekitar dua belas kasus, juga terjadi di Nigeria, dan satu kasus di Senegal. Infeksi sekunder terhadap tenaga medis terjadi di Amerika Serikat dan Spanyol, meskipun tidak sampai menyebar lebih luas. Satu kasus juga terjadi di Mali. Wabah Ebola yang tidak berhubungan dengan wabah utama juga tercatat di Republik Demokratik Kongo.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/12/05/2019-campak-lagi/

.

“Pertahanan terbaik terhadap wabah apapun, adalah sistem kesehatan nasional yang kuat,” tegas Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Pandemi COVID-19 mengungkapkan betapa rapuhnya banyak sistem dan layanan medis di dunia, sehingga memaksa banyak negara untuk membuat pilihan sulit, tentang cara terbaik memenuhi kebutuhan rakyat mereka.

.

Setiap negara, wilayah dan fasilitas kesehatan wajib menyeimbangkan tuntutan langsung atas pandemi COVID-19, dengan tetap mempertahankan pemberian layanan medis dasar, dan mengurangi risiko runtuhnya sistem kesehatan yang telah ada. Ini termasuk serangkaian tindakan untuk mengatur kembali, dan mempertahankan akses ke layanan kesehatan esensial yang berkualitas tinggi untuk semua warga masyarakat.

.

Beberapa contoh layanan medis dasar yang penting dan tetap harus berjalan normal, meliputi : vaksinasi rutin untuk bayi dan balita, layanan kesehatan reproduksi, termasuk perawatan selama kehamilan dan persalinan, perawatan bayi, anak dan orang lanjut usia yang sakit. Juga pengelolaan kondisi kesehatan mental serta penyakit tidak menular, bahkan juga penyakit menular umum seperti HIV, DBD, malaria dan TB. Selain itu, rawat inap kritis di ICU, manajemen kondisi kesehatan masyarakat yang darurat, layanan penunjang medik seperti pemeriksaan pencitraan untuk diagnostik dasar, layanan laboratorium klinik, dan layanan bank darah.

.

Sistem kesehatan yang terorganisir dan dipersiapkan dengan baik, dapat terus memberikan akses yang adil untuk pemberian layanan medis yang penting selama keadaan darurat, membatasi kematian langsung, dan menghindari peningkatan kematian secara tidak langsung. Hal penting lainnya adalah memberikan informasi dan data terbaru, yang membutuhkan komunikasi transparan dan keterlibatan banyak pihak. Dengan demikian, kebutuhan medis dasar bagi masyarakat tetap dapat terpenuhi dan pengendalian risiko infeksi juga dapat dilakukan.

.

Ketika sistem dan fasilitas kesehatan kewalahan, mortalitas langsung dari wabah dan kematian tidak langsung dari kondisi yang dapat dicegah dan diobati dengan vaksin, justru meningkat secara dramatis. Imunisasi adalah layanan medis esensial yang mungkin terkena dampak pandemi COVID-19 saat ini. Gangguan pada layanan imunisasi, bahkan untuk periode yang hanya singkat, akan menghasilkan peningkatan jumlah individu yang rentan, dan meningkatkan kemungkinan penyakit infeksi, seperti campak. Penting untuk merencanakan vaksinasi segera pada anak yang terlewatkan, ketika startegi jaga jarak secara fisik telah dicabut. Sebaiknya juga terjadi penangguhan yang bersifat sementara, untuk kampanye vaksinasi massal di tempat umum. Selain itu, juga melakukan penilaian risiko yang cermat, sebelum memberikan vaksinasi selama wabah, dengan perhatian pada langkah-langkah perlindungan yang tepat, untuk menghindari penularan virus COVID-19.

.

Mari kita tetap solid bersatu melawan COVID-19, dengan terus memberikan layanan medis non COVID-19 yang penting. Dengan ini kita semua akan mampu menekan angka kematian langsung terkait COVID-19, bahkan juga akan berhasil mengurangi peningkatan angka kematian secara tidak langsung, karena penyakit campak, malaria, HIV / AIDS, TBC dan penyakit tidak menular lainnya.

Sudahkah kita siap?

Sekian

Indian Gate di pusat kota New Delhi, India, yang mengalami gangguan pada sistem kesehatan nasional karena pandemi COVID-19

Yogyakarta, 19 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

One thought on “2020 Layanan Medis Non COVID-19

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.