2020 Kekerasan pada Anak

Ibas Prihatin Maraknya Kasus Kekerasan Terhadap Anak - BeritaSatu.com

KEKERASAN  TERHADAP  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Setengah dari semua anak di dunia, atau sekitar 1 miliar anak, setiap tahun mengalami kekerasan fisik, seksual atau psikologis, menderita luka-luka, cacat dan kematian, karena banyak negara tidak mengikuti strategi yang telah ditetapkan untuk melindungi anak. Hal itu termuat pada ‘Global Status Report on Preventing Violence Against Children 2020’. Apa yang mencemaskan?

.

baca juga : 2019 Kekerasan pada Kelahiran Bayi

.

Kamis, 18 Juni 2020 WHO, UNICEF, dan UNESCO menyerukan lebih banyak tindakan yang harus diambil semua negara dan memperingatkan ‘dampak dramatis’ pandemi COVID-19, terhadap anak. WHO telah memiliki perangkat berbasis bukti, yang disebut ‘INSPIRE’, untuk mencegah kekerasan dan mendesak semua negara untuk menerapkannya.

.

baca juga : 2019 Pencegahan Kekerasan di Sekolah

.

Kekerasan terhadap anak dapat dicegah, dengan usaha yang secara sistematis menangani faktor risiko dengan INSPIRE yang diluncurkan pada 2016. ‘INSPIRE : Seven strategies for ending violence against children’,  bertujuan untuk membantu semua negara sesuai Agenda 2030 untuk Pembangunan yang Berkelanjutan (SDGs) Target 16.2, yaitu mengakhiri kekerasan terhadap anak. Setiap huruf dari kata ‘INSPIRE’ merupakan salah satu strategi pencegahan pada beberapa jenis kekerasan yang berbeda. Selain itu, juga bermanfaat pada kesehatan mental, pendidikan dan pengurangan kejahatan pada anak.

.

‘Implementation and enforcement of laws’, misalnya membentuk undang-undang yang melarang adanya hukuman kekerasan terhadap anak oleh orang tua, pengasuh, guru, dan orang dewasa lainnya, bersama dengan undang-undang yang mengkriminalisasi pelaku pelecehan seksual dan eksploitasi anak. ‘Norms and values change’, misalnya mengubah norma yang memaafkan pelecehan seksual terhadap anak perempuan atau perilaku agresif pada anak laki-laki, dan ‘Safe environments’, misalnya mengidentifikasi lingkungan untuk kekerasan dan kemudian menangani penyebab lokal melalui penanganan masalah dan intervensi lainnya.

.

Selanjutnya ‘Parental and caregiver support’, yaitu pelatihan kepada pasangan orang tua muda, ‘Income and economic strengthening’, misalnya memberikan pelatihan keuangan mikro dan kesetaraan gender , ‘Response services provision’, misalnya memastikan anak yang terpapar kekerasan, dapat mengakses layanan medis darurat yang efektif dan mendapat dukungan psikososial yang tepat, serta ‘Education and life skills’, yaitu memastikan anak bersekolah atau memberikan pelatihan keterampilan hidup dan sosial.

.

Kemajuan di 155 negara terhadap kerangka kerja ‘INSPIRE’ belum cukup baik. Pada hal hampir semua negara (88%) sudah memiliki undang-undang utama untuk melindungi anak dari kekerasan, dan kurang dari setengah negara (47%) melaporkan bahwa aturan ini sedang ditegakkan. Laporan tersebut memberikan perkiraan tentang pembunuhan global pada anak di bawah 18 tahun, bahwa pada 2017 sekitar 40.000 anak menjadi korban pembunuhan.

.

Dari strategi INSPIRE, hanya E atau ‘Education and life skills’, yaitu memastikan anak bersekolah yang menunjukkan kemajuan paling besar dengan 54% negara melaporkan bahwa jumlah anak yang mampu bersekolah telah mencukupi. Sekitar 37% negara melaporkan bahwa korban kekerasan dapat mengakses layanan dukungan, sementara 26% negara memberikan program dukungan orang tua dan pengasuh; 21% negara memiliki program untuk mengubah norma berbahaya; dan 15% negara memiliki modifikasi untuk menyediakan lingkungan fisik yang aman untuk anak.

.

Meskipun mayoritas negara (83%) memiliki data nasional tentang kekerasan terhadap anak, hanya 21% yang menggunakannya untuk menetapkan garis dasar dan target nasional untuk mencegah dan menangani kekerasan terhadap anak. Sekitar 80% negara memiliki rencana aksi dan kebijakan nasional tetapi hanya seperlima memiliki rencana yang sepenuhnya didanai atau memiliki target yang terukur. Kurangnya dana yang dikombinasikan dengan kapasitas petugas profesional yang tidak memadai, kemungkinan merupakan faktor penyebab dan alasan mengapa implementasinya lambat.

.

Kebijakan anak untuk tetap tinggal di rumah dan penutupan sekolah selama pandemi COVID-19 ini, telah membatasi dukungan yang biasa diterima  anak seperti dari teman, keluarga besar atau petugas profesional. Kondisi ini semakin mengikis kemampuan anak korban kekerasan, untuk berhasil mengatasi krisis dan rutinitas baru dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini komunitas online telah menjadi pusat aktivitas anak dalam belajar, beribadah dan bermain, tetapi terjadi peningkatan perilaku online yang berbahaya termasuk cyber bullying, perilaku online yang berisiko dan eksploitasi seksual yang telah diidentifikasi.

.

Sasaran 16.2 SDGs, yaitu menghentikan penyalahgunaan, eksploitasi, perdagangan, dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak, harus kita wujudkan. Kekerasan terhadap anak dapat dicegah dengan menerapkan ‘INSPIRE’. Apakah kita sudah bertindak?


Bergaya sejenak, setelah turun dari naik Tram 55 di depan The Royal Melbourne Hospital, Australia, yang menyediakan layanan pemulihan kesehatan, bagi anak korban tindak kekerasan jenis apapun. Kami mengunjunginya pada hari Selasa siang, 27 Agustus 2013

Sekian

Yogyakarta, 26 Juni 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

One thought on “2020 Kekerasan pada Anak

  1. Dear Sir,
    The very definition of child abuse should develop further such in the way parents giving their child unlimited access to social media for the shake of their own free time. Bribing child with unlimited access to internet or social media should be considered an abuse act.

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.