2019 Hari Kedua di Indochina

Katedral Santo Yosep Hanoi Vietnam

Petualangan ke Indochina hari kedua.

Minggu, 26 Mei 2019 kami awali dengan ikut Misa Kudus Minggu pagi di Gereja Katedral Santo Yosep Hanoi, yang hanya 5 menit berjalan kaki dari hotel kami. Gereja Katedral Santo Joseph yang terletak di Jl. Nha Chung no 40, Hanoi, adalah bangunan katedral Katolik Roma dengan gaya neo-gothic, yang dibangun pada era kolonial Perancis. Pada tahun 1882, setelah tentara Perancis menaklukkan Hanoi, katedral mulai dibangun oleh para misionaris asal Spanyol yang telah menyebarkan agama Katholik di Vietnam sejak 1679, dan selesai pada tahun 1886. Katedral dan area Nha Chung dibangun di atas tanah yang sebelumnya milik pagoda Bao Thien, yang dibangun di bawah dinasti Ly.

.

Interior Katedral Santo Yosep Hanoi, Vietnam

.

Arsitektur dengan kubah katedral mengikuti gaya dan desain Gothic Katedral Paris. Panjangnya 64,5m, lebar 20,5m dengan dua menara lonceng setinggi 31,5m. Meskipun penampilan katedral, dari pintu, kaca jendela berwarna-warni, hingga lukisan religius untuk dekorasi mengikuti gaya Barat, bagian interior utama didekorasi dengan cara Vietnam dengan dua warna khas kuning dan merah. Sebaliknya, dinding depan sama sekali tidak pernah dicat, sampai sekarang. Di bagian luar, di depan katedral ada patung Bunda Maria.

.

.

Katedral Santo Yoseph adalah salah satu bangunan yang paling megah di Hanoi, yang berada di dekat Danau Hoan Kim dan Pagoda Ngoc Son. Interior gereja dilengkapi dengan meubel dan ornamen kuno, hingga menjadikan Katedral ini layaknya sebuah museum. Misa Kudus Natal pertama diselenggarakan di katedral pada tahun 1887. Sejak itu, katedral selalu penuh sesak dengan ratusan orang termasuk orang Kristen dan non-Kristen pada akhir pekan atau selama liburan keagamaan seperti Natal.

.

‘The 422nd International Conference on Medical & Health Science’ (ICMHS) 2019. K

.

Setelah sarapan, kami menghadiri ‘The 422nd International Conference on Medical & Health Science’ (ICMHS) 2019. Konferensi ini dibuka pada hari Minggu pagi, 26 Mei 2019 dan diselenggarakan di lantai 10 The Pearl Hotel Hanoi, Vietnam, yang beralamat di 6 Bao Khanh lane, Hang Trong ward, Hoan Kiem distr, Hanoi City, Vietnam.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/03/21/2018-new-york-hari-kedua/

.

Keynote speech diberikan oleh Prof. Louann Bierlam Palmir, dari School of Medicine, Western Michigan University, United States of America. Pemaparan selanjutnya tentang perbaikan kawasan untuk menekan penularan Malaria oleh Dr. Harpuniat Singh, Senior Assistant Professor, Guru Nanak Dev Engineering College, Ludhiana, Punjab    , India. Materi paling rumit adalah kolaborasi insinyur dan dokter, dalam menciptakan alat ‘incubator transport’ untuk bayi baru lahir yang kecil dan premature, oleh Dr. Hainam El Sayed El Sharnaby, dari Higher Institute for Engineering and Technology in Beheria, Mesir. Pengalaman menarik dipaparkan oleh Dr. Idoko Ari Syaddaq, dari Department of Biochemistry, Federal University Dutsinma, Katsina state, Nigeria, terkait alat sederhana untuk pemantauan hipoglikemi dan hiperbilirubinemi, pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatal.

.

Diskusi tidak kalah seru dipandu oleh Prof. Prayuth Chusirin dari Faculty of Education, KhonKaen University, KhonKaen, Thailand, untuk pendampingan belajar di rumah, pada anak balita dengan riwayat sakit berulang sejak bayi baru lahir. Materi yang membuat kami pusing adalah paparan Prof. Araza Idrus, dari Department of Pediatric, National Defence University of Malaysia, Malaysia, terkait kecenderungan autism pada anak dari keluarga pedesaan.

.

Setelah lelah mengikuti jalannya diskusi, kami dan siapapun yang datang ke Hanoi, segera ingat akan tokoh hebat Ho Chi Minh dan Vo Nguyen Giap. Tokoh terakhir lahir 25 Agustus 1911 dan meninggal 4 Oktober 2013, pada umur 102 tahun adalah seorang jenderal dan wakil perdana menteri Vietnam. Jenderal besar ini berhasil gemilang dalam pertempuran hebat di Dien Bien Phu dan perang Vietnam.

.

Pagida tempat rakyat Vietnam berdoa

Sebaliknya, gerilyawan Viet Minh di bawah Jenderal Vo Nguyen Giap, sanggup mengitari dan mengepung pasukan Prancis sampai pecah pertarungan sengit di darat. Viet Minh menduduki daerah perbukitan di sekitar Dien Bien Phu, dan mampu menembak ke bawah secara akurat ke posisi-posisi pasukan Prancis. Pada akhirnya Viet Minh berhasil merebut basis pertahanan Prancis dan memaksa Prancis menyerah.

Kecerdikan strategi Jenderal besar Vo Nguyen Giap, yang waktu bertempur bersama anak buahnya hanya mengenakan sandal jepit dari ban bekas, menginspirasi kekuatan, keuletan, dan ketangguhan bangsa Vietnam. Hal itu juga Nampak dalam penyelenggaraan ‘The 422nd International Conference on Medical & Health Science’ (ICMHS) 2019.

Gerbang Museum Ho Chi Minh di Hanoi, Vietnam, yang megah menjulang

.

Sore itu kami segera ganti kostum, untuk mengenang Ho Chi Minh dan Vo Nguyen Giap. Hồ Chí Minh (19 Mei 1890 – 2 September 1969 pada umur 79 tahun) adalah seorang tokoh revolusi dan negarawan Vietnam, yang kemudian menjadi Perdana Menteri (1954) dan Presiden Vietnam Utara (1954–1969). Selain itu, Ho Chi Minh merupakan salah satu politisi yang paling berpengaruh pada abad-20, akrab dipanggil Bác Hồ (paman Hồ). Untuk pertama kalinya setelah 30 tahun meninggalkan Vietnam, Ho Chi Minh kembali ke negaranya pada tahun 1941 dan mendirikan Liga untuk Kemerdekaan Vietnam (Viet Nam Doc Lap Dong Minh atau Viet Minh). Liga tersebut terdiri dari para nasionalis Vietnam dan kelompok komunis yang mendukung kemerdekaan Vietnam. Ketika itu, Viet Minh berjuang melawan kolonial Prancis dan Jepang yang saat itu sedang menduduki Vietnam. Pada akhir Perang Dunia II, Ho memimpin Viet Minh untuk secara bergerilya menguasai kota-kota besar di Vietnam. Pada 2 September 1945, bertempat di Lapangan Ba Dinh Hanoi, Ho Chi Minh mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokrasi Vietnam dan dia menjabat sebagai presiden pertama.

.

Patung seukuran asli tokoh besar Ho Chi Minh, di museumnya di Hanoi

.

Kami segera memesan Grab Car bertarif 30 Dong menuju Museum Ho Chi Minh yang dibangun pada 1990-an, itu didedikasikan untuk almarhum pemimpin Vietnam Ho Chi Minh dan perjuangan revolusioner Vietnam melawan kekuatan asing. Museum Ho Chi Minh mendokumentasikan kehidupan Ho Chi Minh, dengan 8 topik kronologis. Yang pertama, dari tahun 1890 hingga 1910 mencontoh asuhannya, kota kelahirannya dan masa mudanya. Topik kedua menyangkut sepuluh tahun ke depan di mana Ho Chi Minh berkeliling dunia untuk menemukan cara untuk menyelamatkan negara dari kolonialisme. Tiga topik berikutnya, mencakup 1920-1945, menggambarkan bagaimana Ho Chi Minh telah menerjemahkan pengaruh idealisme Marxisme dan Leninisme ke dalam pendirian partai Komunis Vietnam dan berjuang untuk kemerdekaan nasional. Dari 1945 hingga 1969, yang merupakan kerangka waktu yang digambarkan dalam topik 6 dan 7, pahlawan nasional terutama dibahas dalam kehidupan politiknya sampai ia meninggal. Museum ini adalah koleksi artefak, miniatur dan berbagai hadiah yang dikumpulkan secara nasional dan internasional. Ada juga deskripsi yang ditulis dalam bahasa Inggris dan Prancis, serta tur berpemandu berdasarkan permintaan.

.

Jasad tokoh besar Ho Chi Minh bersitirahat di Mausoleumnya di Hanoi, Vietnam

Selanjutnya kami mengunjungi Mausoleum Ho Chi Minh. Mausoleum atau makam besar ini ternyata tutup sebelum tengah hari, sehingga kami hanya dapat mengambil gambarnya di luar. Di peristirahatan sang pahlawan itulah sisa-sisa dari jasad Ho chi Minh disemayamkan.

Selanjutnya kami kembali ke hotel untuk berganti kostum olah raga dan menikmati senja di tepi Danau Hoan Kiem. Danau ini merupakan tempat yang asyik untuk bersantai dan berkeliling menikmati pemandangan alam kota yang alami dan indah. Banyak masyarakat Hanoi yang sedang piknik, bersantai, bermain dan bercengkrama dengan keluarga dan sahabat. Hoan Kiem sendiri memiliki arti pedang yang dikembalikan. Konon katanya, ada kura-kura sakti yang menghuni danau tersebut dan memberikan sebuah pedang Thuan Thien, kepada kaisar sebagai senjata untuk melawa penjajahan China dan mengusirnya dari Vietnam. Setelah terbebas dari China, kaisar mengembalikan pedang tersebut kepada kura-kura sakti di danau tersebut.

Jembatan Huc dari kayu yang bercat merah tampak indah dengan hiasan lampu pada malam hari. Setelah membayar tiket 30.000 dong, kami menyusuri jembatan Huc menuju ke Pagoda Tran Quoc, di tenga Danua Hoan Kiem. Pagoda Tran Quoc (Chua Tran Quoc) merupakan kuil Budha tertua di Hanoi. Pertama kalinya dibangun pada masa kekuasaan Kaisar Ly Nam Dee, antara tahun 544 hingga 548. Pada saat itu, pagoda ini bernama Khai Quoc dan masih terletak di tepi Sungai Merah (Red River). Pada tahun 1615, pagoda ini kemudian dipindahkan ke sebuah pulau kecil yang bernama Kim Ngu yang berarti “golden fish”. Dengan daratan utama Hanoi, pulau ini dan Pagoda Tran Quoc dihubungkan oleh sebuah jalan kecil. Selain sebagai tempat ibadah, pagoda ini juga merupakan objek wisata favorit banyak wisatawan.

Setelah memasuki gelap malam yang diselingi hujan, kami melanjutkan perjalanan di kota tua Hanoi (Hanoi’s Old Quarter). Area ini merupakan sebuah kawasan dengan 36 ruas jalan. Di area sini kita semua dapat berjalan-jalan memandangi indahnya kota Hanoi, sambil berbelanja barang unik atau oleh-oleh khas Vietnam. Yang unik dari tempat ini adalah setiap jalan ‘Hanoi Old Quarter’ ini, diberi nama sesuai dengan nama toko di ujung jalan tersebut. Saking banyaknya ruas jalan, kita bisa seharian berbelanja. Semakin malam, pemandangan ‘Hanoi’s Old Quarter’ semakin cantik dengan lampu-lampu yang kerlap kerlip. Di area itu juga merupakan tempat berkumpul yang populer, bagi banyak anak muda bergaya pop di Hanoi, rumah bagi toko-toko suvenir yang menarik, dan restoran bergaya Barat. Setelah membeli makan malam berupa  Banh Bao Dimsum yang dibungkus daun pisang, oleh-oleh kopi dan bendera Vietnam, kami segera kembali ke kamar hotel, yang tidak jauh dari tepi Danau Hoan Kiem

Minggu malam, 26 Mei 2019

Di kamar 317 The Pearl Hotel Hanoi, Vietnam.

(bersambung)

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.